IKHTIAR, TAWAKAL BERLABUH SYUKUR



                                                                   بسماللهالرحمنر الرحيم  
                                    يٰبَنِىْۤ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْاوَلَا تُسْرِفُوْا‌ ۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَ
"Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) mesjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan."
  [31 :QS. Al-A'raf: Ayat] 

"Muslim yang kuat lebih baik dan lebih disukai dari muslim yang lemah”(HR. Al-Bukhari)
Berawal dalam makan dan minum merupakan para ulama dari sabda mengatakan, dan firman “Sederhana suci di atas, faktor utama terpeliharanya kesehatan.” “Karena tubuhmu memiliki hak terhadapmu, matamu pun punya hak terhadapmu….” (HR. Al-Bukhari no. 1975 dan Muslim no. 2722). 
Namun diri tak mungkin mampu memungkiri, akan tiba masanya sakit datang menyapa. Ketika sakit menyapa maka berobatlah, karena itulah saatnya tubuh menagih haknya. Dalam berobatpun, tentu kita disyariatkan berobat pada ahlinya. 

Rasulullah SAW bersabda: “Jika amanat telah disia-siakan, tunggu saja kehancuran terjadi.” Ada seorang sahabat bertanya; ‘bagaimana maksud amanat disia-siakan? ‘ Nabi menjawab; “Jika urusan diserahkan bukan kepada ahlinya, maka tunggulah kehancuran itu.” (HR.Bukhari). Sarana menuju sehat Sarana menuju sehat, di antaranya bermula dari perut. Karena perut adalah sumber penyakit, maka nabi jauh-jauh hari telah mewasiatkan dalam membagi kapasitas penyusun perut. Dalam hadits Rasulullah bersabda, “Tiadalah anak Adam itu mengisi bejana yang lebih jelek dari perut. Cukuplah beberapa suap makanan untuk menegakkan tulang sulbinya jika ingin dipenuhkan, hendaknya perut dibagi tiga, 1/3 untuk makanan, 1/3 untuk minuman, dan 1/3 untuk pernafasan (udara).” (HR.Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Majah, Hakim) 

Menjadi hal yang pasti, jika kita mengikuti wasiat nabi ini, tentu tidak akan ada yang namanya kolesterol tinggi, gula darah melonjak apalagi obesitas. Ikhtiar, Lantas Tawakal Berlabuh Syukur Sebagai insan yang dicipta dengan bekal akal, tentu kita wajib berikhtiar sebelum bertawakal. Karena hakikat tawakal itu sendiri ialah berusaha maksimal terlebih dahulu, baru kemudian berserah atas apapun keputusanNya. Sebab, pemberi kesembuhan merupakan hak otoritas Allah SWT. Ketika ikhtiar lengkap dengan tawakal telah tertunai, sebagai wujud mensyukuri kesempatan yang telah Ia beri, hendaknya kita mempunyai rasa berkewajiban memberikan hak pada tubuh kita (beristirahat).
 
وَهُوَ الَّذِىْ جَعَلَ لَـكُمُ الَّيْلَ لِبَاسًا وَّالنَّوْمَ سُبَاتًا وَّجَعَلَ  النَّهَارَ نُشُوْرًا
"Dialah yang menjadikan untukmu malam (sebagai) pakaian, dan tidur untuk istirahat, dan Dia menjadikan siang untuk bangun berusaha."
[QS. Al-Furqan: Ayat 47]

Kalimat ‘untuk istirahat’ dalam ayat ini mengandung maksud menjaga kesehatan. ‘Afiyah Diriwayatkan oleh At-Tirmidzi, dari Mu’adz bin Rifa’ah dari bapaknya berkata: Abu Bakar berdiri di atas mimbar kemudian menangis lalu berkata: Sungguh Rasulullah SAW berdiri pada tahun pertama hijrah di atas mimbar kemudian menangis, dan beliau bersabda: “Mintalah kepada Allah SWT ampunan (‘afwa) dan keselamatan (‘afiyah), sesungguhnya seseorang tidak diberikan sesuatu setelah keyakinan (iman) yang lebih baik dari keselamatan (‘afiyah).” Dalam kamus bahasa Arab, kata afiat (‘afiyah) diartikan sebagai perlindungan Allah untuk hamba-Nya dari segala macam bencana dan tipu daya, termasuk kesehatan. Iman jika didukung dengan sehat, tentunya dalam beraktivitas akan maksimal, seperti maksimal dalam bekerja. Dimana, memang dalam hidup kita perlu mencukupi kebutuhan dengan bekerja. Sebagai orang muslim kita diwanti-wanti untuk tidak bergantung pada orang lain, berusahalah dengan tangan dan keringat sendiri.
“Tidaklah seorangpun memakan makanan sama sekali yang lebih bagus dari memakan dari hasil kerja tangannya sendiri dan Nabiyyullah Dawud dahulu memakan dari hasil kerja tangannya sendiri.” (Shahih, HR. Al-Bukhari).

Dalam bekerja, kita harusnya menakar diri, dengan artian kita jangan menganiaya diri sendiri dengan dopping (penggunaan obat untuk meningkatkan stamina atau performa) demi memforsir kerja. Bekerjalah sesuai dengan kemampuan, ibarat mesin jika kerjanya diforsir maka belum tiba waktunya rusak, namun mesin yang divorsir tadi telah rusak lebih dini. Optimalkan yang Positif Karunia sehat, sebagai muslim yang mengerti Qur’an dan Sunnah. Barang tentu karunia sehat ini dipergunakan untuk optimalisasi kepositifan dalam diri, bukan hal negatif yang merugikan orang lain.
”Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak manfaatnya bagi orang lain .” (HR. Bukhari).

Paripurnanya, banyak penunjang demi menciptakan pola hidup sehat. Makanlah yang memenuhi gizi (sesuai kemampuan masing-masing), olahraga sebagaimana yang diperintahkan nabi seperti berenang, memanah dan berkuda. Perlu kita yakini bahwa di balik perintah nabi, kini berenang diakui sebagai olahraga yang paling efektif, memanah sebagai pemusatan perhatian, berkuda sebagai sarana ketangkasan diri. Sungguh, apa yang disyariatkan Rasul-Nya, tentu banyak hikmah dan manfaat yang akan kita unduh.
                                 ***       

Kunjungi: 




ALLAH MENYUBURKAN SEDEKAH



......"Jauhkan dirimu dari api neraka walaupun hanya dengan (sedekah) sebutir kurma.” (Mutafaq’alaih)
Sedekah, sebuah kata yang teramat sering kita dengar, namun amat jarang kita amalkan. Padahal Allah menjanjikan suatu hal yang begitu gagah,

يَمْحَقُ اللّٰهُ الرِّبٰوا وَيُرْبِى الصَّدَقٰتِ‌ؕ وَاللّٰهُ لَا يُحِبُّ كُلَّ كَفَّارٍ اَثِيْمٍ
"Allah memusnahkan riba dan menyuburkan sedekah. Dan Allah tidak menyukai setiap orang yang tetap dalam kekafiran, dan selalu berbuat dosa."
[QS. Al-Baqarah: Ayat 276]
Dalam konteks ayat ini subur mempunyai 2 arti, pertama subur dalam arti zatnya (harta) bertambah atau berkahnya yang tumbuh subur. Walaupun jumlahnya tetap sedikit tapi mencukupi, ini namanya subur berkahnya. Bisa jadi subur dua-duanya, jumlah harta bertambah banyak-berkahnya pun tambah banyak. Musnah pun juga ada 2 macam, pertama musnah berkahnya, meski jumlah harta banyak namun terasa tak pernah mencukupi. Arti lain yakni musnah hartanya, jika harta musnah barang tentu berkah musnah pula. Sebagaimana rentenir-rentenir itu, hartanya senantiasa bertambah banyak namun tidak berkah dan tidak merasa cukup, yang ada hanya kurang terus. Berbincang mengenai sedekah meluaskan rizqi, ini adalah fakta yang dijanjikan Al-Qur’an.

مَثَلُ الَّذِيْنَ يُنْفِقُوْنَ اَمْوَالَهُمْ فِىْ سَبِيْلِ اللّٰهِ  كَمَثَلِ حَبَّةٍ اَنْۢبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِىْ كُلِّ سُنْۢبُلَةٍ مِّائَةُ حَبَّةٍ‌ؕ  وَاللّٰهُ يُضٰعِفُ لِمَنْ يَّشَآءُ‌ ؕ وَاللّٰهُ وَاسِعٌ عَلِيْمٌ
"Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui."
[QS. Al-Baqarah: Ayat 261]

Layaknya pergantian hari yang mempunyai dua fase, siang dan malam. Sedekah pun mempunyai sisi lain, yakni sedekah tak melulu berwujud harta. Subhanallah itu sedekah, Laillahaillallah pun sedekah, senyum pada suami-isteri/orang lain dihitung sedekah, berkumpul suami-isteri diganjar senilai sedekah dan masih banyak amalan-amalan senilai sedekah. Maka meluaskan rizki dalam bahasan ini adalah dalam konteks yang sangat luas. Misal orang yang senantiasa murah senyum tentu akan menambah sedulur (persaudaraan), dengan menambah saudara ini akhirnya berimbas pada komunikasi yang baik hingga muncullah hubungan ekonomi serta sosial yang harmonis pula. Lantas dalam beramal tentu kita menginginkan amalan kita murni tanpa campuran riya’. Karena riya’ itu sendiri adalah syirik kecil, dimana tentu amalan yang terkontaminasi riya’ tidak akan diridhai Allah. Walaupun bersedekah dalam skala besar, apalagi kalau bersedekah dengan niat supaya namanya disebut-sebut sebagai seorang dermawan.

يٰۤـاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تُبْطِلُوْا صَدَقٰتِكُمْ بِالْمَنِّ وَالْاَذٰىۙ كَالَّذِىْ يُنْفِقُ مَالَهٗ رِئَآءَ النَّاسِ وَلَا يُؤْمِنُ بِاللّٰهِ وَالْيَوْمِ الْاٰخِرِ‌ؕ فَمَثَلُهٗ كَمَثَلِ صَفْوَانٍ عَلَيْهِ تُرَابٌ فَاَصَابَهٗ وَابِلٌ فَتَرَكَهٗ صَلْدًا ‌ؕ لَا يَقْدِرُوْنَ عَلٰى شَىْءٍ مِّمَّا كَسَبُوْا ‌ؕ وَاللّٰهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْـكٰفِرِيْنَ
"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah dia bersih (tidak bertanah). Mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir."
[QS. Al-Baqarah: Ayat 264]

Selanjutnya, harta kita itu dari Allah. Allah memerintahkan untuk membelanjakan harta kita di jalan-Nya, termasuk dengan jalan bersedekah. Sedekah juga memangkas habis sifat kebakhilan, sedang orang yang bakhil Allah mengatakan dalam firmannya :

وَلَا يَحْسَبَنَّ الَّذِيْنَ يَبْخَلُوْنَ بِمَاۤ اٰتٰٮهُمُ اللّٰهُ مِنْ فَضْلِهٖ هُوَ خَيْـرًا لَّهُمْ‌ؕ بَلْ هُوَ شَرٌّ لَّهُمْ‌ؕ سَيُطَوَّقُوْنَ مَا بَخِلُوْا بِهٖ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ ‌ؕ وَ لِلّٰهِ مِيْرَاثُ السَّمٰوٰتِ وَالْاَرْضِ‌ؕ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ خَبِيْرٌ
"Sekali-kali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka, bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan itu adalah buruk bagi mereka. Harta yang mereka bakhilkan itu akan dikalungkan kelak di lehernya di hari kiamat. Dan kepunyaan Allah-lah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."
[QS. Ali 'Imran: Ayat 180]

Perlu diingat bahwa orang yang tidak sedekah (bakhil) itu rugi dunia-akhirat. Di dunia dia dibenci tetangga karena kebakhilannya, sedang di akhirat hartanya tidak akan manfaat. Oleh karena itu jika kita diberikan kemudahan oleh Allah, bersedekahlah! Ingat pesan nabi mengenai 5sebelum datang 5, salah satunya gunakan saat kaya mu sebelum datang masa miskin mu. Dari Ibnu ‘Abbas RA, Rasulullah SAW pernah menasehati seseorang,

 اِغْتَنِمْ خَمْسًا قَبْلَ خَمْسٍ : شَبَابَكَ قَبْلَ هَرَمِكَ وَ صِحَّتَكَ قَبْلَ سَقَمِكَ وَ غِنَاكَ قَبْلَ فَقْرِكَ وَ فَرَاغَكَ قَبْلَ شَغْلِكَ وَ حَيَاتَكَ قَبْلَ مَوْتِكَ
“Manfaatkanlah lima perkara sebelum lima perkara
(1) Waktu mudamu sebelum datang waktu tuamu,
(2) Waktu sehatmu sebelum datang waktu sakitmu,
(3) Masa kayamu sebelum datang masa kefakiranmu,
(4) Masa luangmu sebelum datang masa sibukmu,
(5) Hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Al Hakim)

Endingnya, bersedekah jangan pernah takut melarat (miskin), ingat selalu janji Allah bahwa bersedekah akan disuburkan hartanya, ditambah dan ini sebagai wujud syukur kita pada Allah, dimana siapa yang bersyukur niscaya Allah tambahkan nikmat untuknya. Renungkan selalu, tak ada riwayat orang melarat gara-gara rajin bersedekah. Dan catat selalu, Allah tak pernah ingkar terhadap janji-janji Nya. **

Kunjungi: 


Terkait :



Alquran Yang Dimudahkan Sebagai Pedoman dan Peringatan


Segala puji bagi Allah, Seluruh pujian hanya layak untuk Allah saja, Dialah Tuhan, pencipta, pemelihara dan pemilik semesta Alam. Sholawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad SAW, keluarga, sahabat dan kepada seluruh pengikut beliau yang selalu mengikuti jalan petunjuk-Nya, dan salam untuk seluruh Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya.
Se2gala puji Hanya Untuk Allah, Dia yang telah mengutus Rasulullah Muhammad sebagai rahmat bagi semesta Alam sebagaimana firman-Nya
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا رَحْمَةً لِّلْعَالَمِينَ
Dan tiadalah Kami mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam. (QS. 21:107)
Allah SWT menghendaki agar Rasulullah Muhammad SAW menuntun umat di jaman beliau dan sesudahnya untuk mengenal ilah yang sebenarnya yaitu Allah SWT dan agar manusia tidak terus menerus di dalam kesalahan dalam mengambil sesembahan.
Banyak manusia yang tidak mengetahui keberadaan Allah SWT sebagai pencipta, pemilik dan pemelihara semesta Alam dan Allah berkehendak mengutus pembawa kabar gembira dan peringatan. Didalamnya ada terkandung kisah dan sebab-sebab manusia di dirahmati Allah SWT, dan juga kisah dan sebab-sebab manusia di dimurkai Allah SWT.
Seharusnya manusia memilih jalan yang dirahmati Allah dan menghindari jalan yang dimurkai Allah SWT, dan Al-Qur’an harus disebarkan ke seluruh penjuru DUNIA,segala rizki yang diberikan oleh Allah berupa ilmu, dan segala harta benda haruslah dipergunakan sebagai sarana tersebarnya Al-Qur’an ke SELURUH DUNIA, dari zaman ke zaman, agar semua manusia mengetahui kabar gembira dan peringatan dari Allah SWT dan selamat sampai di sisiNya.
وَكَذَلِكَ أَنزَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيّاً وَصَرَّفْنَا فِيهِ مِنَ الْوَعِيدِ لَعَلَّهُمْ يَتَّقُونَ أَوْ يُحْدِثُ لَهُمْ ذِكْراً
Dan demikianlah Kami menurunkan al-Qur’an dalam bahasa Arab, dan Kami telah menerangkan dengan berulang kali di dalamnya sebahagian ancaman, agar mereka bertaqwa atau (agar) al-Qur’an itu menimbulkan pengajaran bagi mereka. (QS. 20:113)
وَكَذَلِكَ أَوْحَيْنَا إِلَيْكَ قُرْآناً عَرَبِيّاً لِّتُنذِرَ أُمَّ الْقُرَى وَمَنْ حَوْلَهَا وَتُنذِرَ يَوْمَ الْجَمْعِ لَا رَيْبَ فِيهِ فَرِيقٌ فِي الْجَنَّةِ وَفَرِيقٌ فِي السَّعِيرِ
Demikianlah Kami wahyukan kepadamu al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada ummul Qura (penduduk Mekah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk neraka. (QS. 42:7)
وَمِن قَبْلِهِ كِتَابُ مُوسَى إِمَاماً وَرَحْمَةً وَهَذَا كِتَابٌ مُّصَدِّقٌ لِّسَاناً عَرَبِيّاً لِّيُنذِرَ الَّذِينَ ظَلَمُوا وَبُشْرَى لِلْمُحْسِنِينَ
Dan sebelum al-Qur’an itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat.Dan ini (al-Qur’an) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat aik. (QS. 46:12)
إِنَّا جَعَلْنَاهُ قُرْآناً عَرَبِيّاً لَّعَلَّكُمْ تَعْقِلُونَ
Sesungguhnya Kami menjadikan al-Qur’an dalam bahasa Arab supaya kamu memahami(nya). (QS. 43:3)
Segala puji hanya bagi Allah yang menurunkan Al-Qur’an untuk seluruh umat manusia. Dizaman Rasulullah Muhammad SAW dan para Sahabat dan para penerusnya, Al-Qur’an telah tersebar ke daerah yang sangat luas, dan bahasa Arab pun telah menyebar ke daerah yang sangat luas, pengajaran Islam telah wujud ke daerah yang sangat luas, mestikah zaman ini bahasa Arab harus pula menjadi bahasa umat manusia se Dunia ?.
Segala puji hanya bagi Allah, dia Allah yang menghendaki agar Al- Qur’an di mengerti dan dipahami berbagai bangsa di seluruh Dunia, dan hari ini Al-Qur’an telah diterjemahkan dalam segala bahasa bangsa-bangsa di dunia, agar seluruh manusia se Dunia memahami kehendak Allah dan petunjuk Allah SWT, walaupun tidak dengan bahasa Arab.
Bahwa Allah menghendaki Al-Qur’an menjadi kabar gembira dan peringatan. Orang yang taat kepada Allah bahagia di dunia dan i akherat akan dimasukkan ke dalam Surga dan orang yang tidak taat kepada Allah akan celaka hidupnya di Dunia dan di akherat akan dimasukan kedalam siksa Neraka.
Segala puji hanya untuk Allah, manusia manusia yang telah diberi oleh Allah Kitab dari sisiNya termasuk Al-Qur’an, dan  Allah akan memberikan ketenteraman dan kebahagiaan dan perlindungan kepada mereka yang mengikuti petunjukNya
وَمَا نُرْسِلُ الْمُرْسَلِينَ إِلاَّ مُبَشِّرِينَ وَمُنذِرِينَ فَمَنْ آمَنَ وَأَصْلَحَ فَلاَ خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلاَ هُمْ يَحْزَنُونَ
Dan tidaklah Kami mengutus para rasul itu melainkan untuk memberi kabar gembira dan memberi peringatan. Barangsiapa yang beriman dan mengadakan perbaikan, maka tak ada kekhawatiran terhadap mereka an tidak (pula) mereka bersedih hati. (QS. 6:48)
قُلْ نَزَّلَهُ رُوحُ الْقُدُسِ مِن رَّبِّكَ بِالْحَقِّ لِيُثَبِّتَ الَّذِينَ آمَنُواْ وَهُدًى وَبُشْرَى لِلْمُسْلِمِينَ
Katakanlah:”Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan al-Qur’an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri
(kepada Allah)”. (QS. 16:102)
إِنَّمَا تُنذِرُ مَنِ اتَّبَعَ الذِّكْرَ وَخَشِيَ الرَّحْمَن بِالْغَيْبِ فَبَشِّرْهُ بِمَغْفِرَةٍ وَأَجْرٍ كَرِيمٍ
Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan takut kepada Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia. (QS.36:11)
Segala pujian hanya untuk Allah yang telah menjadikan Al-Qur’an sebagai sesuatu yang dimudahkan untuk dipahami manusia dalam menempuh jalan petunjuk Allah, jalan keselamatan, jalan kebahagiaan, jalan ampunan, jalan yang diridhoi Allah.
فَإِنَّمَا يَسَّرْنَاهُ بِلِسَانِكَ لِتُبَشِّرَ بِهِ الْمُتَّقِينَ وَتُنذِرَبِهِ قَوْماً لُّدّاً
Maka sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an itu dengan bahasamu, agar kamu dapat memberi kabar gembira dengan al-Qur’an itu kepada orang-orang yang bertaqwa, dan agar kamu memberi peringatan dengannya kepada kaum yang membangkang. (QS. 19:97)
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ إِنَّا أَرْسَلْنَاكَ شَاهِداً وَمُبَشِّراً وَنَذِيراً
Hai Nabi, sesungguhnya Kami mengutusmu untuk jadi saksi, dan pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan, (QS. 33:45)
وَمَا أَرْسَلْنَاكَ إِلَّا مُبَشِّراً وَنَذِيراً
Dan tidaklah Kami mengutus kamu melainkan hanya sebagai pembawa kabar gembira dan pemberi peringatan. (QS. 25:56)
اللَّهُ الَّذِي سخَّرَ لَكُمُ الْبَحْرَ لِتَجْرِيَ الْفُلْكُ فِيهِ بِأَمْرِهِ وَلِتَبْتَغُوا مِن فَضْلِهِ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Dan sebelum al-Qur’an itu telah ada kitab Musa sebagai petunjuk dan rahmat. Dan ini (al-Qur’an) adalah kitab yang membenarkannya dalam bahasa Arab untuk memberi peringatan kepada orang-orang yang zalim dan memberi kabar gembira kepada orang-orang yang berbuat baik. (QS. 46:12)
Dalam surat Al Qamar terdapat 4 ayat yang sama , di dalam ayat ke 17, 22, 32 dan 40 yang menjelaskan bahwa Al-Qur’an telah dimudahkan oleh Allah untuk menjadi kabar gembira dan peringatan untuk orang-orang yang ingin meneriman peringatan Allah SWT.
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِن مُّدَّكِرٍ
Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan al-Qur’an untuk pelajaran, maka adakah orang yang mengambil pelajaran (QS. 54:17)
Bila manusia senang membaca Al-Qur’an dalam bahasa Arab, karena dengan membacanya telah menghadirkan ketentraman dan kebahagiaan di hati, bahkan senantiasa tamat membaca 30
JUZ didalam satu bulan sekali untuk mendapatkan pahala dari Allah.
Maka manusia akan semakin bahagia jika mereka mampu membaca tarjamah Al-qur’an dalam bahasa yang mereka pahami setiap bulan tamat sekali, dan terus demikian di lakukan sepanjang hidupnya, maka Al-Qur’an akan mampu dipahami sebagai pembawa kabar gembira dan peringatan oleh aqal dan hatinya. Segala pujian hanya untuk Allah yang menghendaki terciptanya kedamaian, ketentraman, kebahagiaan bagi kehidupan manusia di DUNIA dan di AKHERAT,
Mari kita umat manusia mencintai membaca Al-Quran dalam bahasa Arab dan terjemahnya dalam bahasa yang mereka pahami, agar setiap hari mendapatkan
efahaman tentang kabar gembira dan peringatan yang Allah berikan kepada mereka dan mereka dapat selalu memilih jalan selamat di sepanjang perjalanan hidupnya di Dunia dan berakhir dengan kebahagiaan di Akherat kelak.  Wallahu a’lam.
Buka juga di www.mta_or.id
Liat juga: